Beranda | Artikel
Kisah Seorang Pemuda Yang Dirayu Oleh Seorang Wanita
Rabu, 11 Desember 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Kisah Seorang Pemuda Yang Dirayu Oleh Seorang Wanita adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 13 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 10 November 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Bersegera Untuk Melunasi Hutang Dan Mengutamakannya Dari Bersedekah

Kajian Islam Ilmiah Tentang Kisah Seorang Pemuda Yang Dirayu Oleh Seorang Wanita

Kita masih melanjutkan pembahasan kita tentang kisah 7 orang yang dinaungi oleh Allah dimana tiada naungan pada hari tersebut kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita sampai pada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ تعالى

“Dan seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, dan lelaki tersebut ketika dirayu dia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah Ta’ala.”

Yaitu lelaki ini dirayu oleh seorang wanita. Wanita ini mengajaknya untuk berbuat perbuatan yang keji. Agar melakukan perbuatan zina. Dan ternyata wanita ini adalah seorang wanita yang memiliki kedudukan dan juga wanita yang cantik jelita. Maka berkumpul pada wanita ini.

Yang pertama adalah kedudukan, dia memiliki tempat di masyarakat. Kemudian selain dia memiliki kekayaan dan kedudukan di mata masyarakat, dia juga ternyata cantik jelita dan sangat indah untuk dipandang. Ditambah lagi, ternyata dia yang merayu sang lelaki untuk berhubungan dengannya. Oleh karenanya kondisi tidak membutuhkan sang lelaki untuk merayu sang wanita. Justru dialah yang merayu sang lelaki tersebut.

Namun apa yang dilakukan oleh sang lelaki? Ternyata dia menolak. Dan tidak tidak ada yang membuat dia menolak ajakan dan rayuan tersebut kecuali karena takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan ini sebagaimana yang Allah kisahkan dalam kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Tatkala Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dirayu oleh seorang wanita yang merupakan istri dari seorang pembesar di kota Mesir dengan rayuan yang sangat dahsyat. Dimana sang wanita telah diberikan kedudukan yang mulia, kecantikan yang sangat indah, dan dia telah mempersiapkan dirinya untuk merayu Yusuf ‘Alaihissalam, dia telah memakai wewangian, dia sedang merias dirinya, merias wajahnya. Dan Nabi Yusuf seorang pemuda yang asing yang sedang dipuncak-puncak kepemudaannya. Dan kemudian dia diberikan setengah ketampanan. Dan ternyata sang wanita yang cantik jelita inilah yang merayu Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ

Maka sang wanita kemudian merayu Yusuf di rumah sang wanita tersebut, merayu agar Yusuf berhubungan dengannya, dan sang wanita telah menutup pintu-pintu.” (QS. Yusuf[12]: 23)

Bukan cuma itu, bahkan sang wanita mengancam Yusuf, kalau tidak mengikuti kemauannya. Maka apa kata Nabi Yususf ‘Alaihissalam?

مَعَاذَ اللَّـهِ

Aku berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Bahkan perkaranya bukan cukup sampai di sini saja. Sampai wanita-wanita yang ada di kota tersebut semuanya ingin bisa meraih Yusuf ‘Alaihissalam. Yususf menjadi tujuan mereka seluruhnya. Oleh karenanya Nabi Yusuf ‘Alaihissalam menolak rayuan mereka seluruhnya dengan berkata:

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ ﴿٣٣﴾ فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٣٤﴾

Ya Rabbku, penjara lebih aku sukai dari rayuan mereka, kalau Engkau tidak memalingkan aku dari makar mereka, maka aku akan condong kepada wanita-wanita tersebut, dan aku akan termasuk orang-orang yang jahil. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkan doa dan permohonan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, maka Allah pun memalingkan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dari rayuan mereka, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf[12]: 33-34)

Intinya, barangsiapa yang diuji dengan ujian seperti ini, dimana dia terancam dengan ujian yang sangat berat ini. Ada seorang wanita yang cantik jelita, yang kaya raya, yang memiliki kedudukan merayunya, menggodanya, untuk terjerumus dalam perbuatan yang keji. Maka hendaknya dia mencegah dirinya, menolak rayuan tersebut. Sesungguhnya kalau dia menolak rayuan tersebut, maka hal ini akan membuat dia memperoleh naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat kelak.

Jika memang seorang mencari kelezatan, maka demi Allah tidak ada namanya kelezatan kalau ternyata seorang harus melakukan perkara yang haram. Hanya dalam waktu yang singkat dia merasakan kelezatan tersebut, setelah itu dia membawa pulang kehinaan dan akibatnya adalah keburukan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana perkataan seorang penyair:

تَفنى اللذاذَةُ مِمَّن نالَ صَفوَتَها — مِن الحرامِ ويَبقى الخزي والعارُ

وتَبقى عَواقِبُ سُوءٍ من مَغَبَّتِها — لا خيرَ في لَذَّةٍ مِن بَعدِها النارُ

Penyair ini berkata bahwasannya:

Seorang merasakan kelezatan dengan cara yang haram, kemudian sirna kelezatan tersebut. Hanya sebentar dia merasakan kelezatan. Setelah itu yang tersisa adalah kehinaan dan rasa malu. Kemudian yang tersisa pula adalah akibat-akibat yang buruk dari dampak kelezatan yang dia rasakan yang sedikit tersebut. Sungguh tidak ada kebaikan pada kelezatan yang penghujungnya adalah neraka jahannam.

Para pemirsa yang dirahmati oleh Allah Ta’ala,

Sungguh tidak ada kebaikan pada kelezatan yang hanya sebentar yang kemudian kelezatan yang hanya sebentar tersebut ditutupi dengan penyesalan-penyesalan, diikuti dengan penyakit-penyakit kehinaan dan yang lainnya.

Kalau seorang benar-benar ingin mencari kelezatan, maka carilah kelezatan yang hakiki. Yaitu dimana seorang mengalahkan hawa nafsunya. Barangsiapa yang mengalahkan hawa nafsunya dalam kondisi ujian yang berat seperti ini, maka sungguh dia akan merasakan kelezatan dimana dia bisa mengalahkan nafsu yang menggodanya. Dan tidak akan ada orang yang bisa merasakan kelezatan seperti ini, apalagi orang-orang yang menyalurkan syahwat yang haram, dia tidak merasakan kelezatan yang luar biasa ini.

Sesungguhnya tatkala seorang menghalangi dirinya dari terjerumus dalam keharaman karena taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka orang yang taat kepada Allah tersebut akan merasakan manisnya dan lezatnya keimanan yang ada pada dirinya.

Karenanya, barangsiapa yang mencari kelezatan, inilah kelezatan di dunia dan kelezatan dan di akhirat.

Kemudian jika dia berhasil menjaga diri jadi terjerumus dalam hal maksiat tersebut, maka dia akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat kelak. Dimana hari tersebut tidak naungan kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tatkala matahari jaraknya satu mil, tidak ada naungan yang menaungi kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah kelezatan yang sesungguhnya, kelezatan di dunia dan juga kelezatan yang hakiki di akhirat. Dan bukanlah kelezatan yang sebenarnya adalah kelezatan melakukan perbuatan yang hina dan rendah dan melakukan perkara yang haram.

Dan perkataan sang pemuda tersebut tatkala dia dirayu dia berkata:

إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ

“Sesungguhnya aku ini takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Ini adalah faidah yang sangat agung. Kalau setiap hamba menghadirkan kalimat ini, “aku takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala” dalam setiap kondisi dimana jiwanya mengajaknya untuk terjerumus dalam kemaksiatan dan dia ingat perkataan ini, sungguh dia akan selamamat dari kemaksiatan.

Sungguh ini adalah obat penawar yang menjadikan seorang aman dari terjerumus dalam kemaksiatan, terjerumus dalam perkara yang haram.

Maka hendaknya bagi setiap hamba untuk menghadirkan rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap kali jiwanya mengajaknya untuk melakukan perbuatan yang haram, maka dia ingatkan jiwanya bahwasanya Allah melihat apa yang dia lakukan, Allah mengetahui apa yang dia lakukan. Bahwasannya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada satu pun yang tersembunyi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Imam Ibnu Rajab Rahimahullah berkata menyebutkan tentang kisah seorang Arab Badui, dia sedang merayu seorang Arab Badui wanita yang lain di sebuah padang pasir. Dirayu wanita tersebut untuk melakukan perbuatan keji. Maka diantara rayuan Arab Badui ini kepada sang wanita, dia berkata kepada sang wanita, “Kau takut kepada siapa? Kita sekarang sedang berada di padang pasir, tidak ada yang melihat kita kecuali hanya bintang-bintang.”

Maka apa jawaban sang wanita tersebut?

“Kalau begitu, mana pencipta bintang-bintang tersebut? Apakah dia tidak melihat kita?” Maka akhirnya orang Arab Badui tadi berhenti, tidak jadi melakukan perbuatan keji.

Lihatlah wanita ini mengingatkan sang lelaki agar takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan faktor yang paling besar untuk menghalangi seseorang dari terjerumus dalam kemaksiatan.

Para pemirsa yang dirahmati oleh Allah Ta’ala,

Al-Imam Asy-Syinqithi Rahimahullahu Ta’ala pernah berkata menggambarkan tentang rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia berkata, “Ketahuilah bahwasannya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah menurunkan dari langit ke bumi suatu pengingat yang paling besar seperti apa yang dikandung oleh ayat-ayat yang mulia dan yang semisalnya dalam Al-Qur’an. Apa penghalang tersebut agar orang tidak terjerumus dalam kemaksiatan? Yaitu bahwasannya Allah mengetahui segala sesuatu yang dilakukan oleh makhlukNya, Allah senantiasa mengawasi apa yang mereka lakukan, meskipun mereka bersendirian Allah senantiasa mengawasi apa yang mereka lakukan. Inilah penghalang besar tatkala seorang sadar bahwasanya Allah senantiasa melihatnya, senantiasa mengawasinya, maka dia akan meninggalkan kemaksiatan. Dan para ulama memberikan contoh tentang penghalang ini dengan suatu permisalan agar permisalan ini seperti bisa kita lihat, bisa kita rasakan. Mereka berkata, seandainya ada seorang raja yang sangat sadis, suka membunuh para lelaki, suka menumpahkan darah, menghantam dengan keras, siksaannya sangat kuat terhadap orang yang berani melanggar kehormatannya secara dzalim. Barangsiapa melanggar peraturannya, maka dia akan hukum dengan hukuman yang keras.

Sementara algojonya ada di samping  sang raja siap untuk membunuh  siapa saja yang melanggar perkara sang raja. Dan disekitar raja ini ada budak-budaknya, istri-istrinya, ada putri-putrinya. Maka menurut Anda, apakah ada seorang dari yang hadir di depan raja berani untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan putri raja? Atau berkaitan dengan istri raja? Apakah dia berani mengganggu istri sang raja, mengganggu putri raja? Sementara sang raja melihat mereka, sang raja mengetahui apa yang mereka kerjakan. Sunggu demi Allah mereka tidak bakalan berani. Bahkan semua yang hadir dalam kondisi takut.

Hati mereka bergetar ketakutan, mata mereka tertunduk tidak berani memandang, tubuh mereka semua ketakutan khawatir kalau dihukum oleh sang raja. Inilah perumpamaan yang disampaikan oleh Al-Imam Muhammad Asy-Syinqithi Rahimahullahu Ta’ala tentang rasa takut.

Oleh karenanya jika seorang menghadirkan dalam dirinya bahwasannya Allah senantiasa melihatnya, kalau ada saja kita ketakutan, bagaimana lagi yang melihat adalah Rabbul ‘Alamin, Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah senantiasa melihat apa yang kita lakukan,  mengetahui apa yang kita kerjakan, tidak ada satupun yang tersembunyi di si Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahwasannya hukuman Allah sangat pedih dan siksaannya sangat menyakitkan. Maka akan terbentuk dalam hatinya rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak mungkin dia akan meninggalkan kebaikan kemudian menuju kepada perkara yang buruk.

Simak pembahasan selanjutnya pada menit ke-20:16

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Kisah Seorang Pemuda Yang Dirayu Oleh Seorang Wanita


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48004-kisah-seorang-pemuda-yang-dirayu-oleh-seorang-wanita/